Momentum Hijrah Politik


Oleh.
M. Iqbal Themi*

Maka dalam konteks menyongsong pesta demokrasi 2014, juga merupakan momentum melakukan hijrah berpolitik bangsa Indonesia. Yakni: berhijrah dari cara-cara berpolitik kotor yang penuh money politic, umbar janji kosong, dan penuh intrik kecurangan menuju cara-cara politik sehat yang humanis, sarat gagasan, dan mengedepankan kejujuran dan integritas.


Momentum penyambutan tahun baru, sudah lazim diwarnai dengan suasana malam yang gegap gempita, riuh dan penuh sorak sorai. Berbagai event perayaan pun dihelat, mulai dari keriuhan meledakan petasan ke angkasa, menyalakan kembang api hingga saling adu keras suara terompet tepat di malam pergantian pukul 00.00 WIB. Event perayaan penyambutan tahun baru semacam ini, bukan hanya ditemukan di Indonesia, melainkan semua negara seakan tak ada yang ingin tertinggal, larut dalam perayaan pergantian tahun baru.

Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, momentum pergantian tahun baru dimaknai sebagai momentum untuk berhijrah (berpindah) dari kehidupan yang sebelumnya (kurang) baik menuju kehidupan hari esok yang lebih baik. Beragam cara dilakukan dalam memaknai hijrah di momen pergantian tahun baru ini. Seperti: melakukan evaluasi diri, memperbarui visi-misi diri, membuat resolusi atau road map kehidupan, dengan tidak lupa menguatkan tekad bahwa hari-hari esok ditahun yang baru haruslah lebih baik dalam menjalani kehidupan.

Bagi Indonesia dalam konteks kebangsaan, pergantian tahun baru di tahun ini memiliki nuansa yang berbeda. Mengingat pada tahun ini juga, bangsa Indonesia kembali menyelenggarakan pesta demokrasi lima tahunannya, yakni: pemilihan legislative dan pemilihan presiden-wakil presiden. Sudah barang tentu, sebagian kalangan memaknai pergantian tahun baru kali ini dengan makna dan rasa yang berbeda. Ada yang semakin diliputi perasaan was-was, karena hari pelaksanaan pemilu semakin dekat. Namun, ada juga yang tak ingin ambil pusing. Karena beranggapan pemilu tak menghasilkan manfaat langsung bagi kehidupannya.


Tantangan dan Peluang
Pada hakikatnya, setiap pergantian waktu senantiasa menghadirkan tantangan dan peluang. Jika pada pergantian tahun baru ditahun-tahun sebelumnya, tantangan dan peluang yang dihadapi bangsa Indonesia mungkin dirasakan datar-datar saja. Maka lain halnya dengan tahun ini, tantangan dan peluang yang dihadapi bangsa Indonesia akan sangat menentukan wajah Indonesia lima tahun mendatang.

Pertanyaannya, bagaimana cara bangsa Indonesia menjawab tantangan dan peluang pergantian tahun baru ditahun politik ini? Hemat penulis, memotret perjalanan kehidupan politik bangsa Indonesia sepanjangan tahun 2013 adalah hal utama yang mesti dilakukan. Hal ini menjadi penting, agar dalam menjawab tantangan dan peluang yang dihadapi tersebut, berpijak pada permasalahan-permasalahan mendasar yang terjadi di lapangan.

Maraknya pemberitaan kasus korupsi yang menghantarkan banyak elite pejabat bertamasya ke bui, baik elite pejabat ditingkat lokal maupun nasional sepanjang tahun 2013, adalah permasalahan mendasar yang masih menghiasi kehidupan politik bangsa indonesia. Sekaligus bukti bahwa cara berpolitik para elite politik bangsa Indonesia masih menggunakan cara-cara lama, yang tak kunjung dibenahi.

Pada sisi yang lain, tampak wajah pembangunan infrastuktur secara nasional yang masih berjalan di tempat, tingkat kemiskinan dan pengangguran yang masih relative tinggi. Sementara, hutang luar negeri terus meningkat, jelas turut menghadirkan sebuah tanda tanya besar akan keseriusan elite pejabat (pemerintah) Indonesia dalam mengelola negara ini menjadi lebih baik.

Datangnya tahun politik 2014 menjadi tantangan, Apakah Indonesia mendatang mampu keluar dari kemelut sebagai bangsa yang korup dan tertinggal? Ataukah sebaliknya, semakin korup dan semakin tertinggal?.

Sedangkan sebagai peluang, Indonesia dihadapkan pada momen pergantian kepemimpinan nasional. Peluang ini akan sangat mampu menjawab tantangan tadi, jika bangsa Indonesia berhasil memilih pemimpin yang kuat dan visioner dalam pesta demokrasi ditahun 2014 ini. Namun sebaliknya, menjadi ancaman yang membahayakan jika pemimpin yang dipilih bangsa Indonesia adalah pemimpin yang lemah tak bergagasan.


Momentum Hijrah Politik
Sebagaimana dipahami bahwa momentum pergantian tahun baru merupakan momentum berhijrah (berpindah) menuju kehidupan yang lebih baik. Maka dalam konteks menyongsong pesta demokrasi 2014, juga merupakan momentum melakukan hijrah berpolitik bangsa Indonesia. Yakni: berhijrah dari cara-cara berpolitik kotor yang penuh money politic, umbar janji kosong, dan penuh intrik kecurangan menuju cara-cara politik sehat yang humanis, sarat gagasan, dan mengedepankan kejujuran dan integritas.

Bagi masyarakat yang memiliki hak pilih, bentuk hijrah yang dimaksud dapat dilakukan dengan bertindak selektif dalam memilih calon wakil rakyat maupun calon presiden-wakil presiden mendatang. Yakni: memilih calon yang memiliki rekam jejak sebagai sosok yang jujur dan terbiasa memperjuangkan kepentingan orang banyak.

Selain dengan tetap memperhatikan tingkat kecerdasan sang calon. Ada baiknya dalam masa kampanye, masyarakat sesekali bertanya “Apakah sang calon mengerti dan memahami apa peran dan fungsi utama menjadi wakil rakyat?”. Karena faktanya, tidak sedikit para wakil rakyat hingga akhir periode jabatannya tak bisa berbuat banyak. Akibat tak pernah memahami peran dan fungsinya sebagai wakil rakyat.

Pada sisi lain, saat ini sudah saatnya masyarakat tidak lagi tertipu oleh bujuk rayu akan janji manis dan atau uang yang diberikan oleh para calon wakil rakyat. Sebab calon wakil rakyat yang demikian, jika terpilih, alih-alih mereka akan berjuang demi kepentingan rakyat yang ada semata berupaya mengembalikan besarnya ongkos politik selama pencalonan. Dengan demikian, kemungkinan pesta demokrasi 2014 melahirkan para wakil rakyat berkarakter kepemimpinan yang kuat dan visioner menjadi realisitis akan terwujud.

Sementara, bagi para elit partai politik, tim sukses dan calon wakil rakyat, memilih melakukan sosialisasi (kampanye) politik dengan menawarkan konsep berupa visi, misi dan program politik, yang terukur kepada rakyat, merupakan pilihan terbaik dalam momentum hijrah politik dipergantian tahun baru ini. Tanpa mesti berlaku culas dengan menipu pemilih lewat janji manis atau pemberian sejumlah uang dalam mendulang suara. Karena hal demikian, hanya akan semakin menghantarkan Indonesia terpuruk sebagai negara korup.

Masalahnya, apa kita akan berhijrah menggunakan “cara-cara berpolitik sehat” atau tetap dengan “cara-cara berpolitik kotor” dalam menyosong pesta demokrasi di tahun 2014 ini? Pemilulah yang akan menentukan jawabannya. Inilah saatnya para pemilih dan calon wakil rakyat berkomitmen dan bersepakat untuk berhijrah menuju kehidupan politik yang dapat mendorong Indonesia menjadi negara bersih dan maju, pada lima tahun mendatang. Hal yang penting adalah kesadaran pemilih dan calon wakil rakyat bahwa kepentingan memajukan negara Indonesia harus diutamakan dan disongsong secara bersama.



*Penulis adalah Sekjend Pengurus Daerah KAMMI Sumatera Selatan 2013-2015 dan Penggiat Forum Kajian Strategis di  Pusat Advokasi dan HAM (PAHAM) Sumsel.

Komentar