Untukmu Maba'12 (Seri 4), Apa pentingnya pilih Lingkungan baik di Kampus?


 Oleh: M. Iqbal Themi

(Tulisan ini Penulis dedikasikan buat adik-adik Mahasiswa Baru 2012 di Seantero Indonesia, Semoga dapat memberi inspirasi dan manfaat)

Ada sebuah cerita seseorang yang ingin bertobat, padahal ia sudah membunuh 99 kali dan belum pernah melakukan kebaikan. Ketika bertanya kepada seorang rahib tentang peluang tobatnya, sang rahib mengatakan tidak ada lagi peluang untuk tobat, maka kemudian dibunuhlah rahib itu dan genaplah 100 nyawa yang melayang melalui tangannya. Lalu, dia mendatangi seorang alim, kemudian orang alim itu memberikan kabar gembira bahwa Allah akan menerima tobat hamba yang bersungguh-sungguh. Hingga akhirnya, orang alim itu menyuruh laki-laki tersebut untuk meninggalkan kampung halaman dan lingkungan pergaulannya yang dahulu, lalu berhijrah menuju perkampungan orang-orang saleh.

Tetapi, Allah berkehendak lain. Di tengah-tengah perjalanan malaikat maut mencabut nyawanya. Akhirnya malaikat rahmat dan malaikat azab saling berebut tentang siapa yang layak membawa laki-laki tersebut. Kemudian, setelah diukur, ternyata jasad laki-laki itu lebih dekat jaraknya dengan perkampungan orang-orang yang saleh dibanding dengan lingkungannya yang dulu. Maka, Malaikat Rahmat adalah yang diberkenankan Allah untuk membawanya.

Pertanyaan, apa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas? Kisah di atas mengisyaratkan kepada kita bahwa persoalan memilih teman sepergaulan dan lingkungan pergaulan sangatlah menentukan akan seperti apa kualitas kehidupan kita. Jika kita hidup bersama dan tinggal di lingkungan orang yang baik, kita pun akan mendapatkan percikan kebaikan dan mengikuti jejaknya menjadi pribadi yang juga baik. Begitu juga jika yang terjadi adalah sebaliknya.

Corak kehidupan kampus yang sangat beragam dan bebas menjadikan para mahasiswa kadang kala tak kenal tanggung dalam mengekspresikan apa yang telah menjadi pilihannya. Sekali layar terkembang pantang mundur kebelakang, begitulah prinsip yang sering menjadi pegangan hidup mahasiswa. Telah banyak pengalaman mengatakan, di dalam kampus hanya tersedia dua pilihan lingkungan pergaulan, pergaulan yang akan menghantarkan kita menjadi baik atau tidak sama sekali.

Pilihan pergaulan semacam itu, satu sama lain akan sangat menentukan seperti apa bentuk kehidupan yang hendak dijalani selama berada di kampus. Terlebih bagi mahasiswa baru, membuat keputusan pilihan mana yang hendak dipilih mutlak harus dilakukan sesegera mungkin. Jika tak ingin terjebak dalam kegalauan hidup di masa transisi dari siswa menjadi mahasiswa. Karena kehidupan di kampus berbeda dengan kehidupan pada saat sekolah menengah. Dari sistem pembelajaran, pola pikir hingga pola kehidupan yang dijalankan. Mahasiswa baru perlu adaptasi yang kadangkala tidak sebentar.

Tak sedikit yang ketika di sekolah terkenal aktif dalam berbagai kegiatan sekolah, namun, ketika menjadi mahasiswa berubah menjadi sosok mahasiswa yang apatis. Sebaliknya, ada juga yang saat masih sekolah hanyalah siswa biasa bukan aktivis sekolah, tetapi saat di kampus ia menjelma menjadi aktivis ternama. Punya sederet pengalaman organisasi dan prestasi gemilang luar biasa.

Ada sebuah kisah mengenai seorang mahasiswa baru. Sebut saja namanya Fulan. Sejak pertama kali bertemu, sudah cukup banyak para senior mahasiswa yang kenal dan sangat respek terhadap sosoknya. Fulan di mata sebagian besar seniornya tersebut adalah sosok  pendiam, bawaannya tenang,  bicaranya sangat santun, beliau juga sosok yang alim setiap kali sholat selalu berjamaah di masjid, rajin tilawah quran, punya rutinitas pengajian setiap pekan, aktif dalam kegiatan keagamaan sejak masih di sekolah. Dan satu lagi beliau sangat tidak menyenangi rokok plus sangat menjaga diri untuk tidak pacaran.

Seperti kebanyakan mahasiswa baru pada umumnya, Fulan pun perlahan menyuasaikan diri terhadap lingkungan barunya di kampus, berkenalan sani sini untuk memperbanyak kawan di kampus. Singkat cerita sampailah pada satu kondisi yang membuat para senior yang telah mengenalnya itu terhentak kaget, Fulan berubah 180 derajat dari sosoknya ketika awal masuk menjadi mahasiswa baru.

Ia yang dulu begitu aktif pergi ke masjid ketika adzan berkumandang, kini begitu jarang ia ke masjid. Ia yang dulu sangat menjaga dirinya untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan muhrim kini kerap didapatkan begitu asyik berduan di atas motor bersama lawan jenis. Fulan yang anti merokok sekarang begitu suka dengan rokok, racun asap yang mematikan itu. Ya, ternyata lingkungan pergaulan yang telah menghantarkan Fulan, untuk memilih kehidupan lain. Kehidupan yang semula sangat tidak ia senangi kini telah membuatnya terbuai kepalsuan.

Benar kata Rasulullah Saw. “Kawan pendamping yang saleh ibarat penjual minyak wangi. Bila dia tidak memberimu minyak wangi, kamu akan mencium keharumannya. Sedangkan kawan pendamping yang buruk ibarat tukang pandai besi. Bila kamu tidak terjilat apinya, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari).

Karakter diri seorang mahasiswa akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan lingkungan pergaualan di sekitarnya. Mahasiswa pemalu perlahan akan menjadi pemberani ketika ia berada di lingkungan pergaulan yang berisi orang-orang pemberani, mahasiswa yang begitu jarang menjalankan sholat lima waktu, lamban laut ia akan rajin dan rutin menjalankan sholat lima waktu ketika berkawan dengan orang-orang sholeh. “Seseorang itu akan mengikut agama temannya, oleh karena itu hendaknya seseorang itu meneliti siapa menjadi temannya”. (HR Abu Daud). Demikian Nabi tercinta pernah berpesan.

Pandai memilih teman dan lingkungan pergaulan di kampus bukan berarti kita memilah-memilah orang untuk berteman. Kerena alasan kita sudah merasa cocok dan sepemikiran dengan lingkungan pergaulan yang telah kita temui. Maka kita pun menutup diri atau mengisolasi diri untuk tidak bergaul dengan mahasiswa yang kita anggap punya pemikiran yang bersebrangan dengan kita.

Jika hal seperti ini yang justru terjadi, jelas ini merupakan bentuk kesalahan menafsirkan maksud dari pandai memilih teman dan lingkungan. Dalam Islam diajarkan bagaimana supaya dapat bergaulan dengan siapa saja selama masih dalam batasan koridor islami. Karena Islam rahmat bagi seluruh alam, maka umatnya mesti membaur asal tidak melebur. Seperti itulah prinsip yang harus dipegang oleh para mahasiswa saat menjalani hubungan pertemanan di lingkungan pergaulan kampus secara luas.

Seorang ulama pernah mengatakan pengaruh orang dekat sangat kuat dalam membentuk perilaku, tabiat, dan sifat seseorang. Lebih-lebih lagi bila orang dekat tersebut telah menjadi figur dan kepercayaannya. Tentu akan menjadi sebuah kelaziman baginya untuk mengikuti, meniru, mencontoh, bahkan membela orang dekat itu.

Lingkungan pergaulan yang beradab hanya bisa diukur dari seberapa besar lingkungan tersebut sanggup membangun kultur saling mengasihi dan menyayangi sesama dengan baik. Seperti halnya menyayangi diri masing-masing. Keragaman adalah keniscayaan, namun membenarkan semua kenyataan adalah kenestapaan. Dengan begitu, semua pihak mesti saling bersikap empati, menghargai orang lain, tenggang rasa, saling percaya, terbuka dan punya kesetiaan, dengan tetap kekhasan prinsip-prinsip yang diyakini.

Orang bijak mengingatkan kita bahwa keberadaan teman pergaulan bisa menjadi jembatan yang akan membawa kita menuju ke surga, sekaligus menuju neraka. Semuanya sangat bergantung pada muatan isi pergaulan yang di bangun. So, pilihlah teman dan lingkungan pergaualan yang baik saat masih di kampus. Teman dan lingkungan pergaualan yang dapat membuat kita semakin baik, meningkatkan amal sholeh, meningkatkan keimanan dan ketakwaan, bisa memotivasi untuk bersemangat mengembangkan potensi diri, menjadikan kita lebih giat untuk dapat berprestasi dan yang lainnya.

Abu Darda pernah mengatakan, di antara bentuk kecerdasan seseorang adalah selektif dalam memilih teman berjalan, teman bersama, dan teman duduknya. Hendaknya kalian menilai orang dengan teman dekatnya. Karena seorang muslim akan mengikuti orang yang muslim, sementara orang jahat akan mengikuti orang yang jahat pula.” []

.::Penulis adalah Mahasiswa FISIP Unsri 2008. Sejak awal kuliah telah aktif terlibat dalam beberapa organisasi kemahasiswaan mulai dari Waki Fisip Unsri, IRMA Gg Lampung, KEMALA Unsri, KAMMI Komisariat Al-Aqsho Unsri, Bem Unsri. Aktif juga sebagai Pembicara, Trainer dan Narasumber dalam berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan. Saat ini Penulis menerjunkan diri sebagai Young Businessmen dan Staff Humas Pengurus Daerah KAMMI Sumatera Selatan.

Komentar