Keharusan menjadi Aktivis: Mewujudkan Obsesi Kepemimpinan
Oleh. Iqbal Themi
(Tulisan ini
merupakan bagian yang terdapat dalam Naskah calon Buku Ku ”Sekolah Negarawan”
yang sedang dalam tahapan akhir penulisan)
Saat ini kita dihadapkan pada potret dimana temen-temen sebaya kita
(pemuda) tenggelam pada kehidupan yang jauh dari nilai-nilai ketimuran yang
menjujung tinggi etika/moral dan budaya. Tenggelam pada pekatnya kehidupan sek
bebas, pemakai narkoba, terlibat tindakan kriminal dan sejenis lainnya. Sebagaian
besar dari anak-anak muda sebaya dengan kita kini, telah terlahir menjadi para
pengagum kehidupan hedonis (hura-hura),
Akibatnya kehidupan yang dijalankan pun kian material.
Andaikan kondisi pemuda seperti ini terus saja dibiarkan maka tak ubahnya kita
tengah melestarikan atau mempersiapkan calon-calon pemimpin perusak bangsa.
Harapan besar rakyat indonesia agar semua masalah besar bangsa yang terjadi
hari ini dapat terselesaikan, hanya akan menjadi mimpi-mimpi kosong di siang
bolong yang tak pernah menuai kenyataan. Bisa juga kita bayangkan seperti apa
wajah bangsa ini sepuluh atau lima belas tahun yang akan datang jika para
pemuda seperti ini yang justru mengisi pos-pos strategis kepemimpinan bangsa
kita. Maka, kehancuran indonesia bukanlah sekedar hayalan belaka.
Lantas pertanyaannya, Siapa yang
paling bertanggung jawab atas semua masalah yang menimpa kehidupan sebagian
besar pemuda indonesia hari ini? Tentu saja setiap yang berstatus sebagai
warga negara indonesia memiliki tanggung jawab untuk ikut terlibat mencarikan
solusinya tak terkecuali mahasiswa.
Mahasiswa yang bernotabene sebagai pemuda terdidik sudah semestinya
prihatin akan kondisi ini. Selain itu, sudah saatnya juga mahasiswa
menggaungkan tekad merebut masa depan indonesia secara bersama (kolektif) tanpa
terjebak dalam perbedaan almamater, suku, bahasa, disiplin keilmuan dan
sebagainya.
Secara fitrah sebagai manusia, mahasiswa memiliki potensi akal
(pemikiran/pengetahuan), dan potensi kehendak (tindakan/gerakan). Atas nama
akal dan kehendak inilah mahasiswa berkewajiban merebut masa depan indonesia.
Yakni dengan mewujudkan obsesi kepemimpinannya. Iya, Obsesi Kepemimpinan.
Karena dengan demikianlah para mahasiswa akan terlahir sebagai
pemimpin-pemimpin besar bangsa ini kelak. Lalu dengan wewenang kepemimpinan
yang ia genggem mahasiswa bisa tampil memperbaiki kondisi bangsanya kini.
Subir Chowdhuri dalam bukunya, Organisasi
Abad 21: Suatu Hari Semua Organisasi akan Melalui Jalan ini (2005) sebagaimana
dikutip oleh Rijalum Imam (2010, hlm.31) menyatakan bahwa untuk menjalani masa
kini dan masa depan, organisasi harus menekan pada dua hal: bakat dan
lingkungan. Suatu organisasi harus mempekerjakan dan mempertahankan karyawan
yang terbaik,
tercerdas
dan sangat beragam dalam rangka melaksanakan inovasi. Tujuannya adalah untuk
menciptakan tenaga kerja berbakat yang bersatu.
Lebih jauh Chowdhuri mengatakan, dalam rangka memenangkan organisasi,
strategi kemenangannya adalah dengan meningkatkan bakat (talent). Tak peduli apakah sedang memimpin atau ketinggalan, dalam
perlombaan jarak jauh, organisasi tercepatlah yang menang.
Apa yang disampaikan Chowdhuri tersebut memberikan isyarat bahwa kelak
kenyataan yang akan terjadi ialah orang-orang yang memiliki kualitas dirilah
yang akan bertahan dan mampu bersaing menjalani kehidupan. Salah satu bentuk
dari kualitas diri tersebut ialah adanya obsesi kepemimpinan. Sampai disini
saya memberikan penegasan betapa pentingnya bagi kita sebagai mahasiswa
mewujudkan obsesi kepemimpinannya.
Mewujudkan Obsesi kepemimpinan erat kaitannya dengat dorongan dari dalam
diri seseorang yang dipadukan dengan tekad kuat saat merealisasikannya. Apa
yang termaksu dengan ”dorongan” dari dalam diri tersebut ialah berupa bakat
atau potensi serta semangat. Sedangkan tekad ialah komitmen dan konsistensi.
Untuk mewujudkan obsesi kepemimpinan tersebut mari sejenak kita belajar
dari Nabi Sulaiman bagaimana ia mewujudkan obsesi kepemimpinannya. Dengan bakat
keilmuan yang diturunkan Allah SWT, Nabi Sulaiman berhasil menjadi pemimpin
(baca: Raja) besar dengan kekuasaan global di masanya.
Pencapaian gemilang yang didapat Nabi Sulaiman ini tentunya tidak didapat
dengan mudah bak membalikan kedua telapak tangan. Namun, ada proses panjang
yang telah dilalui oleh Nabi Sulaiman sebelumnya, yakni: Semangat Proaktif Nabi Sulaiman dalam meningkatkan kapasitas dirinya.
Proaktif ini merupakan bentuk tekad kuat yang tertanam dalam diri Nabi
Sulaiman. Maka inilah cara Nabi Sulaiman mewujudkan obsesi kepemimpinannya
sebagaimana Al-Quran pun merekam dalam surah An-Naml: Dan Sulaiman telah mewarisi Daud,..” (QS. An-Naml: 16).
Kembali kepada pokok persoalan, seperti yang telah disampaikan sebelumnya
mahasiswa secara fitrah memiliki potensi akal (pemikiran/pengetahuan), dan
potensi kehendak (tindakan/gerakan). Maka sejatinya ini adalah bakat yang telah
dimiliki oleh para mahasiswa. Sedangkan ”Tekad”, ia adalah tantangan yang harus
mampu dimunculkan oleh para mahasiswa.
Sebagai kaum intelek bisa saya katakan hal mudah untuk memunculkan tekad
diri. Asalkan ada keinginan dan kemauan. Salah satunya ialah meneladani jejak
Nabi Sulaiman. Yakni: mahasiswa harus proaktif mengembangkan kapasitas diri.
Kampus menjadi hamparan lautan ilmu yang terbentang luas. Saat mahasiswa
mampu menjadi sosok yang proaktif maka bisa dipastikan akan begitu banyak ilmu
yang didapat. Mahasiswa tidak cukup hanya berpuas diri dengan ilmu pengetahuan
yang didapat dari Dosen saat memberikan penjelasan diruang kuliah semata.
Tapi mahasiswa harus menjadi Pengembara ilmu yang tak kenal lelah. Seperti
para pendekar saat mengembara yang mendatangi seluruh pelosok negeri. Bagitulah
seharunya mahasiswa proaktif dalam mengais ilmu.
Menjadi aktivis mahsiswa tak ubahnya menjadi Pengembara ilmu. Ini adalah
bentuk langkah konkrit mahasiswa menjadi proaktif dalam mewujudkan obsesi
kepemimpinannya. Pengalaman yang saya rasakan sendiri dari menjadi aktivis
mahasiswa ialah semangat dan tekad lebih selalu hadir dalam mendapatkan ilmu
yang seluas-luasnya.
Hampir setiap tempat yang saya temui adalah tempat mendapatkan ilmu, setiap
aktivitas yang saya jalankan adalah kegiatan belajar dan setiap orang yang saya
temui selalu saja menjadi guru. Dari sinilah secara perlahan obsesi
kepemimpinan saya tumbuh dan berkembang. Memang untuk mencapai puncak tergalinya
bakat kepemimpinan kita dengan optimal dibutuhkan tekad berupa konsistensi dan
komitmen yang tak pernah putus didalamnya.
ckckkc..
BalasHapussipsip.
tapi afwan kak, teman bukan temen..
Indonesia bukan indonesia.
seks bukan sek.