Aktivis: Kaum (Elit) Mahasiswa
Oleh.
Iqbal Themi
(Tulisan
ini merupakan bagian yang terdapat dalam Naskah calon Buku Ku "Sekolah
Negarawan" yang sedang dalam tahapan akhir penulisan)
Menjadi
aktivis mahasiswa, sejatinya menjadi kalangan elit mahasiswa. Betapa tidak, kita bisa cross chek kondisi di lapangan berapa banyak jumlah mahasiswa yang
mendedikasi dirinya menjadi aktivis mahasiswa pada hari ini. Secara umum bisa
dikalkulasikan tidak sampai angka 10 % dari total jumlah mahasiswa yang berada
di kampus menjadi aktivis mahasiswa. Terlepas dari apa pun alasan mayoritas
mahasiswa enggan untuk menjadi aktivis mahasiswa, yang patut disayangkan ialah
keberadaan mahasiswa sebagai pemimpin bangsa masa depan, sudah sebuah kemestian bagi mahasiswa
mematangkan talenta dirinya dengan menjadi aktivis mahasiswa.
Harus disadari
menjadi Aktivis Mahasiswa juga menjadi elit dikalangan mahasiswa setidaknya karena dua
faktor yang melatar belakangi. Pertama,
faktor kelangkaan dan Kedua, faktor
kualitas (Arya Sandhiyuda, 2006). Akibat kedua faktor tersebut pulalah dunia
pergerakan mahasiswa menjadi sebuah dunia yang juga elit. Sebagai kaum elit
mahasiswa bukan berarti ini menjadi ruang garansi bagi para aktivis mahasiswa
untuk menjadi sosok yang jumawa dan besar diri dihadapan para mahasiswa yang
lain. Karena istilah elit yang
melekat pada aktivis mahasiswa bukanlah sebuah apresiasi atau penghargaan
terhadap para mahasiswa yang menjadi aktivis mahasiswa.
Tak ubahnya
seperti elit Negarawan yang selalu
memberikan karya terbaiknya bukan hanya untuk kepentingan pribadi atau
kelompoknya. Namun, juga untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas dalam
ruang lingkup bangsa dan Negara. Maka, begitupun saat aktivis mahasiswa
berkarya, aktivis mahasiswa harus mempersembahkan karyanya dapat diakses atau
dirasakan oleh orang sebanyak-banyaknya, bukan untuk kepentingan pribadinya
semata. Maka dari sinilah public akan melihat letak elitnya kita menjadi aktivis mahasiswa. Dilain pihak, melalui
kiprah politiknya, aktivis mahasiswa dituntut memiliki kapasitas kompetensi
diri yang melebihi kapasitas usia yang dimilikinya sendiri. Mulai dari
kompetensi sebagai Pemikir, Pemimpin ataupun tatkala harus sebagai Pelaksana.
Sebagai
Pemikir, aktivis mahasiswa harus senantiasa kaya dari ide dan gagasan yang
segar nan cerdas. Sebagai Pemimpin aktivis mahasiswa harus mampu menunjukan
kapasitas dirinya yang memiliki pengaruh dan mampu menggerakan massa, lalu
sebagai Pelaksana aktivis mahasiswa mesti senantiasa menunjukan semangat juang
yang tinggi dan totalitas saat bekerja. Sehingga, kembali biarlah
public yang menilai dan melakukan legitimasi terhadap status elit yang kita sandang.
Terakhir, yang
menjadikan aktivis mahasiswa sebagai kalangan elit mahasiswa ialah terletak pada keberanian atau kenekatan untuk
menjadi aktivis mahasiswa itu sendiri. Hal ini bisa dibuktikan bagaimana
banyaknya mahasiswa yang sudah merasakan pusing karena sedemikian sibuknya saat
berhadapan dengan tugas akademik yang menumpuk selangit, belum lagi ditambah
dengan masalah pribadi lainnya, seakan membuat para mahasiswa yang demikian itu
tak bisa berkutik lagi untuk melakukan kegiatan yang lain. Namun, disisi lain
ada mahasiswa yang malah mentekadkan diri memperbanyak lagi aktivitas yang
digelutinya dengan menjadi aktivis mahasiswa. Lagi-lagi biarlah hal ini menjadi
ruang public untuk melakukan penilaian bagaimana cara para aktivis mahasiswa (elit) mampu menjalankan aneka ragam
aktivitasnya secara optimal.
setuju om
BalasHapus