Semilir Angin Lautan

 Oleh. Iqbal Themi

Aku sedang ingin bercerita tentang kita. Iya kita yang kini sedang mengarungi lautan samudera luas dalam satu kapal dan bersama. Banyak hal menarik yang ingin ku bagi dan ku beri pada semua yang masih mengaku pejuang hari ini. Setidaknya inilah yang ku alami selama di sini,..di kapal ini,.. menjadi kepala nakhoda beserta semua awak nakhoda yang ada.

Ku akui saja sungguhlah aku merasa bahagia memang ketika bisa menjadi bagian dari kapal bersejarah ini. sesaat sebelum kapal ini mulai berlayar,..  Sungguh ini lah yang kurasa saat itu,… Ekspersi ceria, Ekspektasi membara hingga rona jiwa yang menggelora ku tunjukan pada bumi yang menjadi saksi perjalanan berlayar kapal ini… lalu ku lambaikan tanganku sebagai perwujudan optimis jika kapal yang kunakhodai ini akan mampu menempuh hingga pelabuhan terakhirnya tentunya dengan dipenuhi ikan hasil mangail selama diperjalanan berlayar.

Sungguh semua ekspresi yang ada ku rasa diawal bukan sekedar soal “rasa” yang sengaja mengada tapi benar-benar ada dan terasa.  Keyakinan ku bertambah rasa-nya ketika kusaksikan semua awak kapal yang menyertai ku berlayar adalah para awak kapal yang memiliki aneka kelebihan masing-masing (setidaknya mampu berenang dan mengail) dan berasal dari semenanjung laut lepas yang beda-beda.

Sudah barang pasti jika para awak itu akan memiliki kultur khas yang menjadi symbol diri para awak dalam berlayar. Jadi tak begitu sulit bagiku menakhodai kapal ini mengarungi luasnya lautan lepas karena disertai awak kapal yang juga pelaut dan memiliki pengalaman menjadi pelaut. Bukan awak kapal yang berasal dari orang kantoran keturunan nenek-moyang pelaut.

Lalu semua awak kapal itu menempatkan posisinya masing-masing tentunya sesuai dengan kelebihan yang mereka miliki selama menjadi pelaut disemananjung lautan lepas. Ada yang berposisi sebagai pengemudi, pemasang jangkar, pemegang jaring, penyebar pelampung pancing, pelempar tali senar, pemegang jarum kompas dsb. Sementara aku sang kepala nakhoda berposisi mendampingi semua awak menjalankan tugasnya masing-masing dan sesekali melihat pasang surutnya gelombang lautan, atau sekedar menengadahkan kepala ke atas untuk menyaksikan cuaca alam yang terjadi untuk mengantisipasi agar kapal ini tidak karam sebelum sampai tujuannya.

Dan kini aku pun telah pergi meninggal kapal yang pernah ku nakhodai. Ku serahkan semua kunci pada mereka yang menjadi para nakhodanya kini. Entahlah tiba-tiba saja aku ingin menulis tentang ini. Untuk sekedar hanyut beromantisme kembali pada masa disaat aku bersama dengan mereka.

Takjub, bercampur haru membiru melihat mereka begitu gigihnya mengarungi kerasan ombak dilautan lepas, dalam diam aku bergumam,.. mereka luar biasa. Iya, ku saksikan dengan jelas kini mereka bukanlah seperti masa dua tahun yang silam saat pertama kali menginjakan kaki dikapal ini. Mereka bukan lagi seperti masa ketika aku turut menyambut kedatangannya dikapal ini.

Nampaknya, alam telah membentuk mereka menjadi sosok yang kekar nan militan. Ku lihat juga dengan jelas mereka sedang meringik kesakitan tetapi luar biasa didikan alam telah membentuk mereka menjadi kuat untuk tidak mengatakan itu sakit. Ku saksikan juga jika mereka sedang tidak bisa melakukan suatu hal itu tetapi lagi-lagi tempaan alam telah menjadikan mereka begitu tangguh untuk tidak mudah putus asa, alhasil tak ada yang tak bisa mereka taklukan.

Kembali dalam diam ku bergumam,.. itulah mereka kumpulan sosok muda luar biasa, pemburu cita-cita tak kenal keluh dan kesah, pematri semangat yang selalu saja membara, para pembelajar alvatar kehidupan.


Dalam diam, 20/5/12

Komentar